Kalau
kamu nanti pergi haji, di Mekkah kamu akan diperlihatkan balasan
amal perbuatanmu selama ini disana. Apa kamu nggak takut disini kamu
masih suka berbuat maksiat, kamu masih
suka mabok, kamu masih
suka main cewek, kamu masih suka
ini itu. Lagian kamu itu shalat jarang-jarang, nggak bisa ngaji, nggak pernah
beramal, dll. Pokoknya disana kamu akan diputarkan video balasan perbuatanmu
selama ini.
Inilah
kalimat yang paling sering didengar dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
perihal tentang perjalanan suci ibadah haji. Sehingga sering sekali saya mendapatkan pertanyaan seperti ini
dari ikhwan akhwat yang akan pergi berangkat haji. Celakanya hal ini justru
membuat ketakutan bagi yang lain, khususnya teman-teman yang masih muda, yang sudah
mempunyai kemampuan mengadakan perjalanan haji menjadi takut untuk segera
mendaftarkan diri untuk berhaji. Akhirnya kita bisa lihat bahwa hampir 70%
jamaah haji dari Indonesia adalah bapak ibu yang sudah tua-tua yang berumur
diatas 50 tahun, padahal ibadah
haji adalah ibadah fisik yang membutuhkan tenaga prima dan Insya Allah itu ada pada diri kita yang
masih muda-muda.
Disisi
lain dari cerita kejadian aneh dan nyata dari orang-orang yang pulang haji,
begitu sangat beragam, pengalaman sendiri, pengalaman teman seperjalanan selama
menunaikan ibadah haji. Perihal kisah-kisah aneh tapi nyata
ini, membentuk persepsi yang terakumulasi sehingga menjadi opini bahwa apa yang
dikatakan banyak orang itu benar adanya. Jadi, lengkaplah banyak orang jadi percaya
akan hal itu, dan jadi semakin takut.
ADA
APA SEBENARNYA? ADA RAHASIA APA DIBALIK KEJADIAN ITU SEMUA?
Bermula
dari turunnya ayat terkait penciptaan Adam AS
oleh tangan Allah sendiri. Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat
: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Malaikat berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?”
Tuhan
berfirman : “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS 2 : 30)
Seorang
sejarawan Mekkah, Imam Al-Azraqy, mengisahkan dari ayahnya, dari jawaban Allah atas pertanyaan
malaikat itulah, maka para malaikat menganggap Allah murka atas mereka yang
protes, kemudian mereka menangis tersedu-sedu sambil berkumpul di ‘Arsy dan merendahkan diri sambil
bertawaf (di 'Arsy). Sambil bertawaf, para malaikat membaca “Labbaikallahumma Labbaiik, Labbaika
Laa Syariikalaka Labbaik” “Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, Ya Tuhan kami, kami meminta ampunan kepada-Mu dan kami bertobat kepada-Mu.”
Allah
kemudian melihat mereka. Setelah Allah turunkan rahmat kepada mereka, kemudian
Allah menciptakan sebuah rumah yang berada tepat di bawah ‘Arsy. Allah mengatakan kepada
malaikat, “Tawaflah kamu
semua di tempat ini dan tinggalkan ‘Arsy.”
“....dan demi
Baitul Makmur” (QS 52 : 4).
Baitul Makmur ialah sebuah rumah di dekat ‘Arsy
di langit yang ketujuh, dimana para malaikat bertawaf dan lain-lain. Dimana
setelah tawaf, Baitul Makmur ini setiap hari dimasuki oleh
sebanyak 70.000 malaikat dan tidak kembali lagi.
Lantas
kemana 70.000 malaikat yang telah memasuki baitul makmur setiap hari tersebut?
Menurut
Imam Al Qurtubhi, dalam
tafsirnya berdasarkan ayat itu. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. (QS 97 : 4)
Atas
izin Tuhannya, para malaikat
itu turun ke bumi untuk mengatur segala urusan.
Kemudian
Allah mengutus para malaikat dan berfirman kepada mereka. Bangunlah sebuah
rumah yang serupa dan sebesar itu di bumi. Allah memerintahkan pula kepada
penduduk bumi untuk bertawaf di tempat itu.
Atiq
bin Ghaits menggambarkan bahwa malaikat Jibril
memukulkan sayapnya ke bumi, kemudian muncullah fondasi yang mirip dengan
tempat tawafnya para malaikat. Fondasi itu menancap kokoh ke bumi. Kemudian
para malaikat melemparkan batu-batu yang beratnya tidak akan sanggup dipikul
oleh 30 orang sekalipun.
Bentuk
dan besar ukuran antara tempat ibadah para malaikat, Baitul Makmur dan
Baitullah yang di Mekkah yang
dibangun Nabi Ibrahim juga sama persis, mulai dari ukuran hingga bentuknya.
Dalam riwayat Al-Azraqy dari Ibnu Juraij, Imam Ali bin Abi Thalib pernah
menggambarkan bahwa posisi Baitullah yang dibangun pilarnya oleh Nabi Ibrahim
adalah hasil tuntunan awan yang turun laksana mendung. Di tengah-tengah awan
itu terdapat kepala dan berbicara kepada Nabi Ibrahim, “ambillah ukuranku pada bumi jangan
lebih dan jangan kurang.” Barulah
Ibrahim menggaris di tanah, dan itulah yang disebut Bakkah, sedang apa yang ada
di sekelilingnya adalah Mekkah. (HR Al-Azraqy)
Dan
di sinilah, di
tempat itulah seluruh malaikat yang turun ke bumi untuk mengatur segala urusan
di bumi atas izin Allah, seluruhnya
melakukan thawaf. Kita bisa
bayangkan setiap hari ada 70.000 malaikat sejak diciptakannya Baitul Makmur di
dekat ‘Arsy, bersamaan waktunya dengan awal
penciptaan Adam AS.
Nah, kira-kira berapa banyak sekarang ini
yang sudah turun dan melakukan
tawaf di Baitullah mengelilingi Ka'bah, subhaanallah.
Kemudian
atas rencana Allah, Adam dan istrinya Hawa diturunkan oleh Allah dari sorga, Adam dan Hawa turun ke bumi, mereka mengakui telah tergoda oleh
setan dan meyakini betapa beruntungnya mereka mendapatkan ampunan dari Allah
SWT. Allah berkata kepada Adam, “Buatlah untuk-Ku rumah dan
beribadahlah padanya sebagaimana engkau lihat para malaikat beribadah di
langit.”
Kemudian,
dikisahkan oleh Atha’, Adam membangun
rumah itu dari lima buah gunung, yaitu Haro, Tursina, Libanan, Judy, dan
Turzeta. Imam Mawardi menambahkan bahwa Nabi Adam membangun Baitullah seperti
ia lihat di ‘Arsy dengan
dibantu oleh malaikat Jibril
untuk memindahkan bebatuannya yang sangat berat (bahkan tidak sanggup dipikul
oleh 30 orang). Adam adalah orang pertama yang melakukan shalat dan tawaf di
sana. Hal ini
dilakukan terus-menerus oleh Adam hingga Allah SWT mendatangkan angin topan
yang menyebabkan lenyapnya bangunan Ka’bah
tersebut. Yang tersisa hanya fondasi dasarnya.
Dalam
kitab Al-Ma’arif, Ibnu
Qutaibah menerangkan bahwa sepeninggal Adam, yang memakmurkan dan membangun
Baitullah atau Ka’bah adalah Nabi
Shyst AS, anak
laki-laki Nabi Adam AS.
Setelah
itu, fondasi yang pernah dibangun Nabi Adam yang merupakan petunjuk Allah lewat
malaikat-Nya kembali ditemukan Nabi Ibrahim setelah berabad-abad lamanya tidak
dipelihara sepeninggal Nabi
Shyst, anak laki-laki Nabi Adam. Bahkan, telah menjadi tandus dan tiada
tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim dan Ismail akhirnya membangun sebuah rumah
di atas fondasi tersebut. Baitullah di Bakkah/Mekkah, tempat bertawaf bagi seluruh jamaah
haji.
Insya Allah, dari sinilah keterkaitan antara
kejadian aneh tapi nyata yang sering dialami para jamaah haji. Dimana salah satu urusan para
malaikat yang sedang bertawaf di ka’bah, di Baitullah, di Masjidil Haram, Mekkah, adalah mengamini seluruh perkataan jamaah
haji, baik perkataan
yang baik maupun yang tidak baik, atau
bercanda sekalipun, maka pada saat
itulah serentak
seluruh para malaikat mengamininya, subhaanallah.
Sehingga
ada saja kejadian-kejadian spontan yang terjadi disana. Bukan karena merupakan balasan amal
kita di tempat asal, tapi kebiasaan
para jamaah haji di tempat asal yang terbawa kesana, kemudian diamini oleh seluruh malaikat
tersebut.
Dan
yang paling umum terjadi adalah kebiasaan dalam berucap, sehingga apapun yang dilihatnya
dikomentarinya dengan negatif pula, dan kebiasaan dalam berperilaku
menggunjing, tamak, mau menangnya sendiri, suka marah-marah, sombong dan takabur,
dll. Insya Allah inilah
yang berdampak nyata pada kejadian-kejadian
tersebut.
Melihat
jamaah dari Afrika yang hitam legam hanya kelihatan giginya dikomentari “orang kok kayak pantatnya dandang”, walhasil mukanya
jadi belepotan angus walaupun habis mandi.
Berdekatan
dengan jamaah haji dari Bangladesh dan India yang jarang mandi dan sangat
berbau dikomentari dalam hati, “orang kok
baunya kayak kambing”, maka jadilah
dia kemana-mana mencium bau tak sedap berhari-hari.
Melihat
temannya pulang dari masjid berjalan nyeker tanpa sandal, terus ditanya “hilang lagi bu sandalnya?”, dijawab “iya ini sudah yang ketiga kalinya”, terus dikomentari sambil takabur “saya sejak di mekkah tidak pernah sandal saya hilang”, maka besoknya dia pulang dari masjid berjalan nyeker tanpa sandal dan dia bilang “sandal saya hilang”.
Cerita
yang berkaitan,
Gelombang
1 dari embarkasi Surabaya terbang
langsung menuju Madinah, setelah proses check kedatangan di Madinah, kami
dibawa menuju tempat maktab di Madinah, kebetulan dapat tempat di Katibiyah, 2
km dari Masjid Nabawi, jam 10 pagi kami masuk maktab.
Kami
berjalan bersama-sama melintasi 2 perempatan jalan besar, kami semua melihat di setiap
perempatan jalan disana selalu ada pos polisi dengan ambulance dan sepeda motor.
Sepeda motor tersebut digunakan untuk mengantar jamaah yang tersesat dan
kesasar dengan melihat gelang stainless steel yang melingkar di pergelangan
seluruh jamaah haji, disitu ada
tertulis dalam bahasa arab nama jamaah, asal, alamat tinggal di Mekkah dan Madinah.
Tiba-tiba
ketika kami melintas di perempatan pertama, Pak
Imam yang lucu itu berseloroh, “ambulance itu daripada nganggur, nganter kita ke masjid kan enak.” Kami
tidak menghiraukan lagi perkataan Pak Imam ini karena kami ingin segera berada
di Masjid Nabawi.
Di
halaman Masjid Nabawi, kami sepakat janjian di tempat wudhu no. 6 yang ada di seputar halaman
masjid, baru kemudian
kita kembali pulang ke maktab bersama-sama, kalau sampai ditunggu 30 menit
tidak muncul, maka kita akan tinggal dan resikonya pulang sendiri.
Setelah
shalat berjamaah zhuhur selesai,
satu per satu jamaah tiba di tempat wudhu no.
6, akhirnya 44 dari 45 jamaah sudah
ngumpul, tinggal 1 yang
belum, Pak Imam.
Kami
semua menunggu Pak Imam sampai dengan 30 menit, tetapi Pak Imam tidak muncul
juga, Bu Imam sudah
mulai menangis dan akhirnya sesuai kesepakatan, Pak Imam kita tinggal pulang.
Jam
2.30 sore Pak Imam baru
sampai di maktab dengan tangis yang keras, dia berucap istighfar, memohon ampun
kepada Allah.
Pak
Imam kemudian bercerita, setelah shalat zhuhur
berjamaah, kira-kira 10 menitan, dia sudah keluar dari masjid untuk mencari
tempat wudhu no. 6 sebagai
tempat berkumpul, dia cari tempat wudhu no.
6 tersebut, akan tetapi tidak ketemu, dia urut dari tempat wudhu no. 1, 2, 3, 4, 5 ada semua, namun
setelah nomer 5 langsung no. 7, no. 6 nya tidak ada. Dia kembali urut dari no. 1 tetapi tetap Pak Imam tidak menemukan tempat wudhu
nomer 6.
Ketika
ditanyakan kepadanya “Pak Imam apa
nggak melihat kita-kita?”, jawabnya “tidak sama sekali”, subhaanallah.
“Terus apa yang Pak Imam lakukan?”, dia
menjawab bahwa dia mencoba pulang sendiri, tapi tambah bingung, tidak tahu
jalan pulang ke maktab. Akhirnya sesuai dengan apa yang disampaikan pemimpin rombongan, dia terus ke pos polisi
menunjukkan gelangnya dengan bahasa tarzan, kebetulan di pos itu tidak ada
sepeda motornya yang biasa dipake ngantar jamaah yang bingung, karena sedang
dipake temannya ngantar jamaah yang lain yang juga tersesat. Yang ada hanya ambulance, jadi saya pulang ini tadi diantar pak
polisi pake ambulance, subhaanallah.
Hikmah
dari seluruh cerita dan kejadian aneh tapi nyata disana adalah jaga lisan, jaga hati, tinggalkan kebiasaan buruk, tinggalkan perilaku yang tidak baik, karena disana kita sedang bertaubat, disana ada banyak malaikat yang
mengamini seluruh perkataan kita.
Mintalah
yang baik-baik, berdoalah kepada Allah untuk keselamatan kehidupan kita
semua, doakan anak-anak
kita, doakan kedua
orang tua kita, doakan saudara-saudara, teman-teman, tetangga kita semua, doakan bangsa ini, doa anda semua diamini oleh seluruh
malaikat penghuni bumi.
Mudah-mudahan
sekilas ulasan ini bisa sedikit menambah bekal bagi ikhwan akhwat yang akan dan
sedang dipanggil oleh Allah menunaikan ibadah haji tahun ini, juga sebagai tambahan persiapan bagi
yang Insya Allah tahun-tahun mendatang
malaksanakannya, amin.
Sumber : tidak
diketahui
No comments:
Post a Comment